Tidak terasa ini ulang tahun mu yang ke-2 nak, jika saja kau
bertahan hidup dunia ini. Ternyata Allah SWT punya rencana lain, umur mu hanya
bertahan 16 jam. Namun yang sangat di sesalkan oleh Mama adalah, mama tidak
pernah menyaksikan kehadiranmu, melihat rupa mu, atau bahka mendengar tangisan
mu.
Beberapa kali mama mencoba mengingat-ingat proses saat engkau
dilahirkan. Setiap mengingatnya, selalu air Mama menetes. Begitu dalam
kesedihan ini dirasakan. Malam itu tanggal 26 May 2012, engkau lahir dengan
tangisan pelan nyaris tidak terdengar dan segera dilarikan ke kotak incubator.
Sementara mama bertanya-tanya, mengapa engkau tidak diperlihatkan kepadaku
seperti kakak mu Keisha dan abang mu Rayhan saat dilahirkan. Dokter keliatan panic
memasang alat pacu jantung, dan selang oksigen ke hidung mama. Mereka berkata,
pasien mengalami pendarahan segera hubungi PMI untuk supply darah. Saat itu,
mama tidak mengalami apa-apa. Badan terasa sangat ringan, alur oksigen
perlahan-lahan semakin sempit bagai bernafas diruang yang terbatas. Ingin
rasanya istirahat menutup mata dan tertidur. Namun dokter dan perawat memaksa
mama terus bangun dan bernafas. Mama sudah tidak sanggup menarik nafas Nak,
ruangan kamar operasi sudah mulai mengabur dan serasa diawan. Putih tanpa garis
batas . “Terus bernafas Bu, jangan tidur”. Beberapa perawat memompa kantung
oksigen di hidung mama dan terus memerintahkan mama untuk bernafas mengikuti
irama kantung oksigen.
Mama, mau menyerah sayang, ketika udara yang mama hirup
semakin terbatas. Setengah sadar, dokter menyemangati, “Ibu masih muda, terus
berjuang Bu”. Mama tidak mengerti apa maksud dokter tersebut. Sayup-sayup, mama
mendengar dokter itu marah dengan seseorang di seberang sana, karna permintaan
darah yang diminta tidak kunjung datang. “Ini, menyangkut nyawa orang, segera
bawa darah seberapa adanya, 1 – 2 kantong sangat diperlukan segera, sisa nya
kau bawa nanti saja”.
Sampai fase ini, mama tidak menyadari apa yang terjadi.
Karena mama masih disibuk kan untuk menggunakan alat bantu nafas ini. Hingga
darah yang dibutuhkan itu datang. Pengaruh anastesi pun sudah mulai berkurang,
perlahan-lahan mama merasakan sakit yang luar biasa. Dokter menyarankan untuk
menyuntik morfin ke tubuh mama, segera setelah itu mama dimasukkan di ruang ICU.
Sejak itu mama merasa there was something
wrong.
Ternyata benar, mama mengalami pendarahan yang luar biasa
dalam proses persalinan. Mama menanyakan kabarmu kepada Papa. Dia bilang, kamu
baik-baik saja, yang penting mama sembuh dulu nanti kamu kami bawa pulang. Itu
janji papa kepada mama. Karena kelahiran mu yang premature, mama belum
mempersiapkan nama buatmu. Papa sudah punya nama special yakni Muhammad Muklis
Naufal Murthado Than. Hampir persis dengan nama abang Rayhan. “Muklis, apa
artinya Pa?”. Papa bilang artinya Iklas. Mama setuju dengan nama itu, semoga
mama bisa iklas dengan ketentuan dan takdir serta hukuman yang diberikan kepada
Allah.
Muklis, tahukah kamu, selama mama 4 hari di ruang ICU, mama
sangat ingin bertemu dengan mu. ASI mama pun telah siap untuk diberikan
kepadamu, sebagai suplly energy buatmu. Mama selalu menanyakan kabarmu ke Papa,
Nenek dan Gaek. Mereka bilang, kamu baik-baik saja. Mama pun bertanya kepada
suster, apakah anak premature dengan berat hanya 1,2 kg dapat berkembang dengan
baik, tidak ada jawaban yang memuaskan dapat mama terima, namun mama selalu
punya positif thingking kamu anak mama yang kuat.
Tibalah hari ke lima, kondisi mama berangsur-angsur membaik.
Dan bisa dipindahkan ke ruang perawatan. Mama sangat excited sayang, karena
tidak lama lagi kita akan bertemu. Dada mama terpaksa diikat dengat stagent agar,
air susu ini tidak membanjiri baju mama dan juga mengurangi rasa sakit di dada
ini. Hanya Tuhan yang tahu, betapa rindu ini telah menggumpal di dada ingin
bertemu dengan kamu, sayang. Dokter telah melakukan pemeriksaan pagi itu,
katanya mama dalam kondisi baik. Selang kateter pun boleh dibuka, mama sudah
akan berfikir akan menyusul mu ke kamar bayi, namun sayang nya belum bisa
bangkit dari tempat tidur.
Papa mu sudah melarang mama untuk bangkit. Dia menggenggam
tangan mama, menyatakan rasa syukur nya, karena mama sudah lepas dari masa
kritis. Papa mu kelihatan tegang pagi itu, ada sesuatu yang ingin dia
sampaikan, namun sangat berat dia katakan. Mama tahu, Papa mu laki-laki yang
jujur dan tidak pernah sekalipun berbohong kepada Mama, dia katakana agar mama
tenang mendengar kabar ini. Mama sedikit menaruh curiga dan mencoba meraba-raba
apa yang dia ingin sampaikan. Hingga kalimat itu keluar juga dengan
terbata-bata “Muklis sudah tidak ada, Ma…… Dia cuma bertahan 16 jam”…..
Hati Mama sangat hancur Sayang, sia-sia rasanya mama
berjuang untuk pulih dan kembali keruang ini, jika engkau sebagai salah satu
nya alasan mama bisa bertahan, ternyata sudah tidak ada. Mama meraung keras
Sayang, Papa mu memeluk Mama dan menenangkan. “Iklaskan Muklis, Ma. Ini jalan
terbaiknya, kalau pun dia hidup dia tidak akan bisa bertahan dengan kondisi
paru-paru dan jantung yang belum berkembang dengan sempurna. Mama harus kuat
demi Papa, Rayhan dan Keisha”. Muklis sudah tenang di sana, kami membutuhkan
Mama, terus bertahanlah Ma, demi Papa dan anak-anak kita”.
Papa mu benar Muklis, Mama harus iklas melepas kepergianmu.
Tempat mu lebih baik disana. Mama masih melanjutkan tanggung jawab mama di
dunia ini, untuk Kakak Keisha dan abang Rayhan, juga Papa mu yang sangat
mencintai Mama. Mereka lah alasan utama Mama hidup di dunia. Selamat Ulang
Tahun yang ke -2, Sayang. Tenanglah engkau dialam sana. Hingga saat ini, luka
itu masih terasa Sayang. Namun Mama iklas menerima takdir Mama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar