Senin, 26 Mei 2014

Surat Untuk Muklis, selamat ulang tahun yang ke-2

Tidak terasa ini ulang tahun mu yang ke-2 nak, jika saja kau bertahan hidup dunia ini. Ternyata Allah SWT punya rencana lain, umur mu hanya bertahan 16 jam. Namun yang sangat di sesalkan oleh Mama adalah, mama tidak pernah menyaksikan kehadiranmu, melihat rupa mu, atau bahka mendengar tangisan mu.

Beberapa kali mama mencoba mengingat-ingat proses saat engkau dilahirkan. Setiap mengingatnya, selalu air Mama menetes. Begitu dalam kesedihan ini dirasakan. Malam itu tanggal 26 May 2012, engkau lahir dengan tangisan pelan nyaris tidak terdengar dan segera dilarikan ke kotak incubator. Sementara mama bertanya-tanya, mengapa engkau tidak diperlihatkan kepadaku seperti kakak mu Keisha dan abang mu Rayhan saat dilahirkan. Dokter keliatan panic memasang alat pacu jantung, dan selang oksigen ke hidung mama. Mereka berkata, pasien mengalami pendarahan segera hubungi PMI untuk supply darah. Saat itu, mama tidak mengalami apa-apa. Badan terasa sangat ringan, alur oksigen perlahan-lahan semakin sempit bagai bernafas diruang yang terbatas. Ingin rasanya istirahat menutup mata dan tertidur. Namun dokter dan perawat memaksa mama terus bangun dan bernafas. Mama sudah tidak sanggup menarik nafas Nak, ruangan kamar operasi sudah mulai mengabur dan serasa diawan. Putih tanpa garis batas . “Terus bernafas Bu, jangan tidur”. Beberapa perawat memompa kantung oksigen di hidung mama dan terus memerintahkan mama untuk bernafas mengikuti irama kantung oksigen.

Mama, mau menyerah sayang, ketika udara yang mama hirup semakin terbatas. Setengah sadar, dokter menyemangati, “Ibu masih muda, terus berjuang Bu”. Mama tidak mengerti apa maksud dokter tersebut. Sayup-sayup, mama mendengar dokter itu marah dengan seseorang di seberang sana, karna permintaan darah yang diminta tidak kunjung datang. “Ini, menyangkut nyawa orang, segera bawa darah seberapa adanya, 1 – 2 kantong sangat diperlukan segera, sisa nya kau bawa nanti saja”.

Sampai fase ini, mama tidak menyadari apa yang terjadi. Karena mama masih disibuk kan untuk menggunakan alat bantu nafas ini. Hingga darah yang dibutuhkan itu datang. Pengaruh anastesi pun sudah mulai berkurang, perlahan-lahan mama merasakan sakit yang luar biasa. Dokter menyarankan untuk menyuntik morfin ke tubuh mama, segera setelah itu mama dimasukkan di ruang ICU. Sejak itu mama merasa there was something wrong.

Ternyata benar, mama mengalami pendarahan yang luar biasa dalam proses persalinan. Mama menanyakan kabarmu kepada Papa. Dia bilang, kamu baik-baik saja, yang penting mama sembuh dulu nanti kamu kami bawa pulang. Itu janji papa kepada mama. Karena kelahiran mu yang premature, mama belum mempersiapkan nama buatmu. Papa sudah punya nama special yakni Muhammad Muklis Naufal Murthado Than. Hampir persis dengan nama abang Rayhan. “Muklis, apa artinya Pa?”. Papa bilang artinya Iklas. Mama setuju dengan nama itu, semoga mama bisa iklas dengan ketentuan dan takdir serta hukuman yang diberikan kepada Allah.

Muklis, tahukah kamu, selama mama 4 hari di ruang ICU, mama sangat ingin bertemu dengan mu. ASI mama pun telah siap untuk diberikan kepadamu, sebagai suplly energy buatmu. Mama selalu menanyakan kabarmu ke Papa, Nenek dan Gaek. Mereka bilang, kamu baik-baik saja. Mama pun bertanya kepada suster, apakah anak premature dengan berat hanya 1,2 kg dapat berkembang dengan baik, tidak ada jawaban yang memuaskan dapat mama terima, namun mama selalu punya positif thingking kamu anak mama yang kuat.

Tibalah hari ke lima, kondisi mama berangsur-angsur membaik. Dan bisa dipindahkan ke ruang perawatan. Mama sangat excited sayang, karena tidak lama lagi kita akan bertemu. Dada mama terpaksa diikat dengat stagent agar, air susu ini tidak membanjiri baju mama dan juga mengurangi rasa sakit di dada ini. Hanya Tuhan yang tahu, betapa rindu ini telah menggumpal di dada ingin bertemu dengan kamu, sayang. Dokter telah melakukan pemeriksaan pagi itu, katanya mama dalam kondisi baik. Selang kateter pun boleh dibuka, mama sudah akan berfikir akan menyusul mu ke kamar bayi, namun sayang nya belum bisa bangkit dari tempat tidur.

Papa mu sudah melarang mama untuk bangkit. Dia menggenggam tangan mama, menyatakan rasa syukur nya, karena mama sudah lepas dari masa kritis. Papa mu kelihatan tegang pagi itu, ada sesuatu yang ingin dia sampaikan, namun sangat berat dia katakan. Mama tahu, Papa mu laki-laki yang jujur dan tidak pernah sekalipun berbohong kepada Mama, dia katakana agar mama tenang mendengar kabar ini. Mama sedikit menaruh curiga dan mencoba meraba-raba apa yang dia ingin sampaikan. Hingga kalimat itu keluar juga dengan terbata-bata “Muklis sudah tidak ada, Ma…… Dia cuma bertahan 16 jam”…..

Hati Mama sangat hancur Sayang, sia-sia rasanya mama berjuang untuk pulih dan kembali keruang ini, jika engkau sebagai salah satu nya alasan mama bisa bertahan, ternyata sudah tidak ada. Mama meraung keras Sayang, Papa mu memeluk Mama dan menenangkan. “Iklaskan Muklis, Ma. Ini jalan terbaiknya, kalau pun dia hidup dia tidak akan bisa bertahan dengan kondisi paru-paru dan jantung yang belum berkembang dengan sempurna. Mama harus kuat demi Papa, Rayhan dan Keisha”. Muklis sudah tenang di sana, kami membutuhkan Mama, terus bertahanlah Ma, demi Papa dan anak-anak kita”.

Papa mu benar Muklis, Mama harus iklas melepas kepergianmu. Tempat mu lebih baik disana. Mama masih melanjutkan tanggung jawab mama di dunia ini, untuk Kakak Keisha dan abang Rayhan, juga Papa mu yang sangat mencintai Mama. Mereka lah alasan utama Mama hidup di dunia. Selamat Ulang Tahun yang ke -2, Sayang. Tenanglah engkau dialam sana. Hingga saat ini, luka itu masih terasa Sayang. Namun Mama iklas menerima takdir Mama.





Tidak ada komentar: