Malam ini seperti
biasa aku menemani Rayhan mengerjakan PR. Sudah menjadi tugas ku setiap malam
mendampinginya mengerjakan tugas sekolah dan papa Rayhan mendampingi di
sekolah. Pekerjaan rumah Rayhan kali ini adalah menyalin bacaan dengan tema
makhluk hidup. Tidak seperti biasa, yang disalin menggunakan huruf cetak, PR
ini harus disalin dengan tulisan tegak bersambung atau dikenal dengan halus
kasar.
Rayhan sudah
mulai malas-malasan ketika kupanggil duduk di meja belajar. “Susah Ma, tulis
sambung-sambung”.. begitu alasannya. Aku mencoba membujuknya dengan mengatakan
“Tidak susah kok, tinggal disambung-sambung aja, nanti tangan nya mama bantuin
pegang ya..”
Dengan masih
bersungut-sungut Rayhan menghampiriku dan membuka buku cetak. “Sulit ma..,
Rayhan tidak bisa”
“Come on Rayhan, ini gampang, Rayhan hebat..anak pintar… !”
Perlahan-lahan tangan
nya ku pegang, dan mulai mengikuti alur gerakan tegak bersambung, Rayhan mulai
menangis ketika tangan ku mulai kulepas perlahan. “Tidak bisa Ma,…”
Emosi ku sudah naik,
karena tidak ada usaha Rayhan untuk mengerjakannya.
“kalau main Game,
nonton lama-lama Rayhan bisa, kok buat PR ini tidak bisa..”
“Whoaaa… whoaaa… ini
sulit.. tidak bisa, mama marah Rayhan, tidak sayang Rayhan…” tangis Rayhan
mulai keras. Dan aku pun mulai marah…
“Mama tidak
sayang, kalau sama anak yang Cemen..!”
“Rayhan, pergi
aja .... jauh..., tempat nenek. Mama
tidak sayang Rayhan..!”
“Ayok sini, papa
antar...!!” tiba-tiba Papa sudah muncul di belakang Rayhan. Rupanya dia sudah
mendengar percakapan kami dari tadi. Sudah jadi kesepakatan kita bersama untuk
mendidik secara disipilin dan tidak ada yang memenangkan jika tindakan disiplin
ditegakkan.
Rayhan mulai diam,
namun air mata nya mengalir. Dia tahu, dari nada suara papa juga marah.
“Ayo, Rayhan usaha
lagi, ini papa bantu pegangin tangan”
Papa Rayhan mulai
menuntun tangan Rayhan, tapi mata Rayhan rupanya tidak memperhatikan. Justru
tertutup. Aku kembali berang. Anak ini gampang sekali menyerah.
“Rayhan..!!!, buka
matanya lihat tangan Papa. Kalau Rayhan begini terus, mama kasih hukuman” nada
suara ku sudah sangat tinggi
“Apa??” Rayhan Shock
ketika mendengar kata hukuman
“Ya, Rayhan tidak
boleh ngapa-ngapa, tidak boleh main laptop, tidak boleh ke kantor mama, tidak
boleh nonton. Pokok nya tidak boleh ngapa-ngapa.!!!.”
“ Tidak laptop, tidak nonton,
tidak kantor mama…”, Rayhan menghitung-hitung larangan yang kukeluarkan dengan
jarinya, dia merasa hak dasarnya sudah dikekang. Dia melanjutkan menangis
“Tidak
ngapa-ngapa.. tidak makan, tidak minum, Rayhan matiiiiii….!!!” Tangis Rayhan
meninggi..”Whoaaaa.... Whoaaaa....”
Aku sudah tidak
tahan ingin tertawa mendengar Rayhan akan mati kalau tidak ngapa-ngapa. Tapi
benar juga ya... .Aku diam saja memandang nya tanpa ekspresi..
“Makan, boleh....
!” Papa meluruskan.
“Rayhan pergi
jauh-jauh saja…. Tidak ada yang sayang Rayhan….” Rayhan menangis menelungkup memeluk bantal.
Aku sedikit khawatir
mendengar ancaman Rayhan, kalau dia benar-benar pergi bagaimana? Dimana aku
bisa mencarinya. Sedangkan dalam keadaan biasa-biasa saja, dia bisa hilang
tanpa jejak dan muncul seketika di hadapanku. Apa lagi kalau hatinya sudah
sedih seperti ini.
Aku dan suami ku
menyerah. Kalau sudah seperti
ini acara Buat PR malam ini pasti Batal.
Duhh.. susah nya
menyakinkan Rayhan bahwa membuat tulisan tegak bersambung tidak begitu sulit.
Dia sudah melihatnya sebagai tulisan yang sulit. Baginya Sulit is sulit
Titik..!.
Diluar itu, kenapa
tulisan tegak bersambung masih diajarkan ya? Dan menjadi tulisan wajib di
kelas. Kalau hanya dipakai untuk sesi tertentu untuk menulis indah, tidak
apalah. Tapi sekarang harus dipakai pada setiap menulis. Waduh, pasti Papa
Rayhan mengalami kesulitan menuntun nya di kelas..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar