Jumat, 20 September 2013

Seragam merah putih menyambut pagi (bagian 2)


Raising expectation ..

Cita-cita untuk menyekolah kan Rayhan disekolah inklusi telah berhasil. Saat ini telah 1 bulan lamanya Rayhan bersekolah di SD N 131. Pra-syarat untuk menyediakan gurun pendamping disekolah (shadow) telah kupercayakan kepada Mbak Yuli. Sayangnya hanya 2 hari bertahan, kemudian tidak ada kabar dari beliau. Mungkin dia sibuk dengan aktifitas pekerjaannya. Selama 2 hari didampingi, Rayhan belum bisa mengikuti pelajaran disekolah. Bawaan nya malas aja.. melipat tangan diatas meja dan menopang kepalanya dengan posisi tidur dan tidak memperhatikan sama sekali penjelasan guru kelas di sekolah. Mungkin ini juga menjadi satu alasan mengapa mbak Yuli tidak bisa menemani mu lagi.

Akhirnya, hasil diskusi mendalam dengan suami ku, kita sepakat mendampingi Rayhan secara bersama-sama bergantian. Sejak tanggal 21 Agustus 2013 kami resmi menjadi shadow di kelas Rayhan. Berbeda dengan anak ABK lainnya disekolah itu yang didampingi dengan therapist, kami mendampingi ala kami sendiri. Hari demi hari kami belajar mencari metode yang tepat untuk mendampingi Rayhan.

 Nilai plus yang bisa rasakan saat mendampingi Rayhan adalah kami bisa memantau kemampuan dan perkembangan Rayhan dikelas. Adapun kekurangan Rayhan yang kami jumpai dikelas, bisa kami trus drill di waktu luar sekolah. Namun nilai minus nya Rayhan manja, dia sudah bisa mengukur batas kemarahan kami sebagai orang tua. Sehingga dia banyak bertingkah setiap diminta menulis. Papa Rayhan dikenal sangat lembut dan tidak suka marah, maka Rayhan menggunakan rayuan tingkat mautnya agar bisa dibimbing (dipegangin ) tangan nya pada saat menulis. Ada saja alasan.. “Tangan Rayhan sakit ..”, “Rayhan tidak bisa..”, atau “Rayhan tidak tahu.”