Selasa, 15 April 2014

Pesta Demokrasi


Yei.. besok adalah pesta demorkasi bagi bangsa Indonesia. “Dari rakyat dan untuk rakyat”  itu lah moto yang selalu digadang-gadang kan menyambut pesta yang dilakukan setiap lima tahun sekali. Sesungguhnya apakah ini benar-benar sebuah pesta yang syarat akan nikmat dan amanat bagi mereka yang dipercaya duduk di kursi perwakilan masyarakat.

Jauh sebelum gedrang pesta demokrasi ditabuh, sudah banyak sekali calon legislative mengayam komunikasi dengan berbagai pihak, melobby dan mencoba menghitung-hitung peluang yang ada. Termasuk menggalang suara terbanyak hingga mempertaruhkan harta nya untuk berebut pada kursi legistlatif. Hingga akhirnya beberapa nama muncul secara resmi menjadi calon legislative (Caleg) mewakili partai yang mendukungnya.

Wajah lama masih bertengger di baleho-baleho yang bisa ditemukan disepanjang jalan.  Sementara lebih dari setengahnya juga adalah wajah baru yang nota bene masih sangat muda.  Beberapa wajah adalah orang-orang yang kukenal  dalam hubungan social, teman sekolah dan tetangga. Bahkan ada juga diantaranya adalah jaringan atau kerabat dari teman-teman ku. Agak sulit memang memilih diantara beberapa pilihan.   Pemilu kali ini bukan hanya kancah pertarungan politik, namun juga pertarungan berapa setia kita mendukung teman, kerabat, tetangga dan keluarga yang duduk di kursi calon legislative.

Sore ini hingga tengah malam, ada sekitar puluhan sms/BBM/whatsup masuk meminta dukungan suara agar dapat dilipih pada kursi yang mereka pertarungkan. Wualahhh.. andai saja aku punya lebih dari satu suara, mungkin tidak begini ceritanya. Kebimbangan muncul ketika sudah sampai dibilik suara, memandangi kertas suara dan akhirnya apa yang kupilih akan tetap menjadi rahasia abadi antara aku dan tuhan.

Mungkin kebimbanganku cukup lumrah dan beralasan bagi sebagian orang. Yang sedikit agak menjengkelkan adalah orang yang mengaku akan memberikan suara pada pemilihan umum dan meminta sesuatu (imbalan/incentive) atas jasa yang akan dia berikan. Padahal kenyataanya belum tentu dia akan memilih nama orang tersebut. Sementara dia bermain di kaki lain dengan harapan yang sama mendapatkan imbalan. Lagi-lagi hanya dia dan tuhan lah yang tahu, apa yang diputuskannya di dalam bilik suara. Tapi tentu saja si pemberi uang jauh lebih menjengkelkan dari pada orang yang menerima. Karena mereka yang mengajarkan system tersebut. Mereka mengajarkan pembodohan pada politik yang salah bagi masyarakat. Jadi derita loh deh kalau tidak terpilih walau sudah habis uang banyak.

Baru-baru ini, aku membaca posting Fb dari temanku, bahwa seorang Caleg mengamuk dengan tim suksesnya ketika uang 10 juta yang dikucurkan nya pada suatu RT, hanya mendapat 7 suara. Apa nggak stress berat tuh??! Siapa yang mau di marahin?  Apakah tim sukses nya yang mengkorupsi dana tersebut, atau memang uang itu sudah disampaikan ke masyarakat, namun mungkin mereka  tidak menggunakan hak pilihnya memilih dia.

Akhirnya bagaimana akhir dari kejadian seperti itu? Tentunya petugas rumah sakit jiwa telah menyiapkan beberapa ruangan khusus untuk mengantisipasi lonjakan pasien pasca pemilihan umum.  Berkaca pada pengalaman pemilu 5 tahun yang lalu, jumlah pasien yang stress dan terganggu jiwanya secara significant meningkat, khususnya bagi caleg yang telah habis banyak dan menderita kekalahan pada kursi DPR. 

Tidak dapat disangkal lagi, pesta demokrasi mengeluarkan dana yang sangat banyak..! di KPU saja dana yang dikeluarkan untuk acara ini memakan kurang lebih dana 9 milyar rupiah. Baik untuk persiapan logistic, sarana dan prasarana hingga sumberdaya manusia. Bagi Caleg  dana yang dikeluarkanpun tidak kalah bombastis dengan yang dikeluarkan oleh APBN. Jika saat ini ada sekitar 12 partai yang berebut kursi legislative dan masing-masing partai mengajukan 7 nama, bayangkan berapa milyar yang mereka keluarkan dari total caleg  yang ada. Belum lagi, rapat-rapat koordinasi dari partai untuk mempersiapkan posko pemenangan. Tidak hayal lagi, pesta demokrasi sangat mahal. Alangkah baiknya kalau dana yang dikeluarkan sebanyak ini benar-benar menghasilkan caleg yang jujur, amanah dan dapat dipercaya untuk membawa suara rakyat suara perubahan.

 

Golput..?? Please deh…

Ada hal yang berbeda pada pemilu kali ini, yakni menyampaikan pesan untuk berpartisipasi secara aktif dalam memberikan hak suara bagi calon perwakilan masyarakat. Ada beberapa TPS yang menyiapkan makanan ringan untuk mengundang warga agar menggunakan hak politiknya, ada juga TPS yang dihias sedemikian rupa sehingga masyarakat tertarik untuk datang.  Hal ini bagi saya sangat kreatif untuk memotivasi warga untuk menggunakan hak pilihnya.  Pengalaman pilkada di banyak provinsi menunjukkan kenaikan tajam bagi Golput. Bahkan kalau dihitung secara persentase, angka Golput bisa mencapai 40% hingga 50%. Miris sekali … , hal ini cukup beralasan, karna kepercayaan masyarakat terhadap wakil rakyat semakin menipis.  Mereka yang dipercaya memimpin daerah ternyata ingkar dan sebagian diantaranya sudah berisitirahat di Bui karena kasus koruspi. Apa lagi yang bisa dijadikan contoh dan panutan bagi masyarakat?. Saya pribadi punya perasaan skeptic pada kemajuan negeri ini. Namun menjadi Golput bukanlah pilihan yang cerdas, karena Golput tidak akan merubah nasib negeri.

Golput bukanlah hal yang membanggakan, melainkan merugi. Karna suara semua warga Indonesia mempunyai hak dan kewajiban menentukan nasib negaranya dimasa akan datang dengan mendudukkan wakil-wakil rakyat yang terpilih dan terpercaya. Mungkin bagi sebagian orang kelihatan Naif, untuk mempercayai orang-orang yang duduk di legislative, sejarah membuktikan bahwa justru para legislative yang duduk sebagai wakil rakyat menggunakan kekuasaannya untuk memakan uang rakyat. Namun bagiku pribadi, Negara berkembang seperti Indonesia akan terus mengalami perubahan dan perubahan membutuhkan pengalaman sehingga pada  akhirnya akan sampai pada pendewasaan berpolitik dan berdemokrasi.

Mari sama-sama berharap bahwa mereka yang kita pilih memiliki hati nurani dan niat yang baik untuk memimpin negeri. Indonesia sudah lama menunggu orang-orang  seperti itu. Phase kedua akan segera menunggu, yakni pemilihan president. Gunakan hak suara anda secara cerdas, pelajari dengan baik sebelum anda memilih. Jayalah negri ku Indonesia…!!

Tidak ada komentar: