Kamis, 16 Juli 2020

"Aku sakit, Ibu..."

Hujan yang rintik-rintik pada malam itu tidak menyudutkan niatku untuk menempuh perjalanan untuk ke rumah Ibu. Mas Arya sempat menawarkan untuk mengantarkan, "It's okay, aku bisa sendiri mas. Nanti kamu malah bosen nungguin". Begitu kataku

"Assalamualaikum... Ibu aku datang.."
Sosok perempuan separuh baya, muncul dibalik horden pemisah antara ruang tamu dan kamar belakang. Itu Ibu ku, pada usianya beranjak 60 tahun, alhamdulillah beliau masih diberikan kesehatan dan tetap aktif menjalankan aktivitas keseharian nya.

"Kamu baik-baik, saya Nduk?" Dia menatap ku khawatir, melihat pancaran mataku yang sayu dan langkah ku yang lunglai.

"Ibu... aku sakit"
"Sini masuk..."
tangan nya membimbing ku ke dalam. Menduduk kan ku dalam dipan tua nya yang hanya beralaskan selembar kasur. Sejak Ayah tiada, ibu tidak mau lagi menempati kamar tersebut, dan memilih tidur di dipan sederhana dikamar lain.

Ibu selalu menjadi tempat tumpuanku dikala sedih dan senang. Dia bisa membaca gelagat mana yang benar sakit secar fisik atau phisikis.

Sebentar bayangan Ibu berkelebat di dapur mempersiapkan sesuatu, dan tak lama kemudian dia muncul dengan minyak yand telah diolesi dengan bawang.
"Minyak ini bisa membuat tubuh mu hangat..."
Beliau mengoles dan mulai memijit bagian punggung ku dengan lembut.


"Kamu kenapa..?"
"Ini pasti bukan sakit capek-capek seperti biasa kan..?"
"Kamu sedang memikirkan sesuatu.."

"Ibu... aku sedih"
"Aku melakukan kesalahan besar dalam hidup ku.."
"Aku menginginkan dia yang bukan milik ku.."
"Aku benci diri ku sendiri.."
"Aku ingin menghilang dari ditelan bumi saja.."

"Shhht...!"
"Perkataan apa ini? tidak baik menyesali dan meratapi apa yang sudah terjadi. Mungkin ini bagian dari apa yang sudah digariskan. Jika kamu merasa telah melakukan kesalahan, harus nya berterimakasih kepada Allah SWT, karena telah diingatkan. Waktu nya kamu kembali.."
"Bayangkan jika situasi ini tidak diperlihatkan, kamu akan terus nyaman dengan apa yang kamu perbuat"

"Tapi aku tidak kuat Ibu...."
"It's paintful.."

"Ibu mengerti...."
"Tapi waktu nya kamu mengambil sikap. Walau pedih dan menyakitkan, jalani saja"

"Dampingi aku Ibu...."

"Tidak... jangan minta Ibu mendapingi."
"minta lah ditemani Allah SWT. Dia maha tahu atas nasib semua hamba nya..."

Ibu ... :(

Tidak ada komentar: