Selasa, 04 September 2018

Perempuan beraroma minyak kemiri

Masa kecilnya, dia adalah gadis yang selalu gembira. Tertawanya selalu lepas, sambil menperlihatkan gigi putihnya yang rapi. Rambut panjang sepinggang selalu dikepang dua, aku hampir tidak pernah melihat rambutnya terurai lepas. Yang kutahu pasti rambutnya tebal, sehat terawat dan beraroma minyak kemiri. Dengan mata tertutup, dapat kurasakan kehadirannya hanya dengan merasakan aroma minyak kemiri yang melekat dirambutnya. Aku suka sekali aroma tersebut.

Setiap sore, dia akan mampir kerumah ku yang hanya beberapa langkah dari rumah tantenya. Dia sudah mandi dengan aroma minyak kemiri di rambutnya, sementara aku masih males-malesan mandi hingga menunggu beduk magrib. "Nanti kamu di cubit setan, Mi.." Begitu katanya.



Mungkin lebih dari 20 tahun kita tidak bersua, kudapatkan kembali no kontak mu dan dengan sengaja datang menemuimu. Dia masih manis seperti dahulu, alis mata bak semut beriringan dan bulu mata yang lentik. Namun dia tidak lagi bearoma kemiri. Posture tubuh mu tinggi menjulang, tidak kurus dan tidak gemuk. Namun rambut mu hanya sebahu, tidak lagi dikepang dua seperti dulu.

Sayang nya, kita bertemu dalam kondisi kamu yang sedang sakit. Berjuang dengan kangker rahim. Kuhabiskan semalam bersama mu, tidur disebalah mu sambal bercerita hingga larut malam mengingat kenangan masa kecil yang kita habiskan bersama, jenis permaianan favorit kita serta menceritakan potongan perjalanan hidup kita hingga sekarang, tentang kehebatan anak-anak kita, serta perjuangan mu membesarkan anak-anak setelah kehilangan suami 14 tahun yang lalu. Sungguh engkau perempuan yang luar biasa.

"Insya allah aku akan sembuh Mi, bukan kangker yang menyebabkan ku mati, namun karena jatah umur ku di dunia yang sudah berakhir" Demikian kata mu.

Sesekali setiap aku ke Jakarta aku menelpon mu. Waktu belum pas menemukan kita kembali, namun selalu kusempatkan menelepon mu dan menanyakan keadaan mu.
"Sayang aku lagi sakit Mi, kalau nggak pasti akan ku samperin ke bandara"
"Tetap berjuang ya Kawan.."
Ku akhiri percakapan lewat telp.

Idul fitri kemarin, aku melihat kamu berfoto dengan dua jagoan kebanggan mu di FB. Kamu keliatan bahagia dan lebih segar. Alhamdulillah.. Kawan kamu akan sembuh. Ucapku. Di ruangan yang megah ini, saat aku masih menyimak alur negosiasi, aku mendapat kabar kepergian mu. Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Selamat jalan sahabatku. Perjalanan mu berakhir sampai disini. Semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik untuk mu.

Tidak ada komentar: