Tepat bulan Mei 2014
ini, Rayhan berumur 7 tahun. Terlahir menjadi anak ABK, Aku masih berjuang
mengentasi kesulitan bicaranya, memantapkan konsetrasinya dan mengontrol
emosinya. Semua melewati
proses, yang diwarnai cerita yang berbeda tiap harinya. Andaikata aku punya
waktu dan kapasitas menulis yang super excellent, mungkin telah menghasilkan
ber-lembar-lembar tulisan untuk menceritakannya.
“Ah Nak.., tidak
lah mama tuntut engkau menjadi anak yang normal jika engkau tidak mampu...”
Perlu waktu untuk
mencapai pada taraf menerima dengan apa yang kau bisa pada saat ini. Dulu, aku
selalu meyakinkan hatiku bahwa engkau bisa normal seperti anak-anak lain dan
meraih gelar akademik yang cemerlang seperti kakak mu. Namun, kesulitan yang
engkau hadapi di bangku sekolah dan usaha mu yang maksimal untuk mengatasi
kekuranganmu sudah membuktikan bahwa ini lah batas kemampuanmu. Prestasi
akademik Cuma angka, namun kasih sayang yang kau berikan kepada orang-orang
sekelilingmu, tidak bisa di ukur dengan nilai akademik.
Kalau ditanya
“cita-citanya mau jadi apa?, mau jadi polisi ya?
“bukan…” sahut Rayhan
“guru..?” tanyaku lagi
“bukan..”
“Terus cita-citanya
mau jadi apa Ray?”
“Jadi dokter aja ya …” ujar ku untuk mempengaruhi fikirannya.
“Tidak, Rayhan mau Jadi Rayhan…”
“Oalahhh Nak….!!”
Mungkin yang
difikirkannya polisi, guru dll adalah
sebuah nama. Dia tidak mau menjadi orang lain, dia mau seperti Rayhan saja
setelah besar.
Rayhan bekembang
bagaikan seorang pendekar pembela kebenaran. Dia tidak pernah membiarkan
kejahatan ada di depan matanya. Jika ada teman nya di bully atau disakiti. Segera
dengan badan kekarnya, dia melerai dan memarahi temannya yang iseng. Diantara 6
sepupunya laki-lakinya, dia dianggap menjadi panutan, jika ada sepupunya yang
nakal merebut mainan sepupunya yang lebih kecil, Rayhan segera bertindak dengan
ataupun tanpa perlawanan, akhirnya Rayhan mengembalikan mainan itu kepada
saudaranya. Rayhan cinta perdamaian,
tidak pernah menabur kebencian sesama teman sepergaulannya. Kendatipun telah
menyerang temanya yang nakal demi membela teman yang lain, dia tetap bermain
bersama dan tidak pernah menyimpan bara
dendam. Dia anak manusia yang
tidak berdosa, yang tidak mengenal rasa iri, dendam dan sakit hati.
Diantara mata
pelajaran yang diajarkan disekolah, pelajaran agama yang paling sulit aku
perkenalkan kepadanya. Ada beberapa surat dan doa yang harus dia kuasai, namun
karna keterbatasannya berbicara, maka doa itu hanya bisa dihapal dan diucapkan
diakhir kalimat.
“Malikiyau....”
“Middin..” Rayhan
hanya menyambung kalimat terakhir
Aku pun sudah mulai memperkenalkan cerita
nabi-nabi seperti Nabi Adam, Ibrahim, Nabi Nuh beserta keistimewaanya, namun
masih tidak satupun yang lengket dikepalanya. Konsep rukun iman dan rukun islam
belum dipahaminya secara utuh, beserta apa itu malaikat, kitab, takdir baik dan
buruk, semua masih pada tingkatan hapalan. Belum lagi system ujian pilihan
ganda yang dipekenalkan guru mata pelajaran ini, semakin menyulitkan bagi
Rayhan untuk bisa melewati ujian dengan
baik, karna selain jumlah soalnya yang banyak (25 – 30 soal), kalimat yang
dipaparkan juga masih belum bisa dipahami nya. Kendati pun demikian, Sholat
telah kuperkenalkan kepada Rayhan juga keberadaan Allah SWT sebagai zdat
pelindung, pencipta manusia serta tempat untuk meminta pertolongan.
Agak sulit pada
awalnya, memperkenalkan sholat. Khususnya pada saat magrib, dimana chanel TV
menayangkan cerita anak-anak (spongbob) atau game Missiion X di transTV. Rayhan
sangat senang pada tayangan tersebut. Dia menangis keras jika TV kumatikan pada
saat sholat magrib tiba, melalui proses panjang aku perkanalkan magrib adalah
waktunya sholat, Rayhan sudah bisa menerima kalau TV nya harus dimatikan.
“Rayhan sudah magrib Nak, matikan TV dan ayo kita sholat”…
Rayhan menurut saja kubimbing untuk wudhu
dikamar mandi. Cara wudhu anak-anak yang buru-buru dan ingin praktis saja,
diambilnya air dengan kedua telapak tanganya dan diusapkan muka selama 3 kali
seketia,
“Sudah Ma..”.
Selanjutnya di
ambilnya air dan disentuhnya saja telinganya 3 kali “satu, dua, tiga…., sudah
juga Ma”
Terakhir dimasukkan
nya kedua kaki di dalam ember, dan menghitung 3 kali menandakan whudunya sudah
selesai. Segera dia berlari ke ruang sholat. Meskipun begitu, ku upayakan terus memperbaiki wudhuya. Lagi-lagi
perlu waktu dan proses.
Peralatan yang tidak
pernah dia lupa saat sholat adalah peci dan sajadah, sedangkan sarung menjadi
hal yang belum penting baginya. Dia mulai mengikuti gerak gerikku pada saat
sholat dengan masih memakai celana pendek bermainnya. Apakah semua baik-baik
saja? Oh.. tidak begitu adanya. Meskipun mengikuti gerakan sholat, pada saat
takbir ratur irham, dia masih bergerak kesana kemari, bahkan masih sempat
menyapa kucing kesayanganya si Apis yang lewat di depannya.
“Apis… jangan lewat
sini, Ean sholat..!”
Kemudian dia mengikuti
setiap pergantian gerak sholat. Posisi sujud adalah gerakan yang paling disukai Rayhan. Dengan posisi
mencium lantai, pantat nya tidak diangkat justru membentuk gerakan seperti
tidur terkelungkup dengan posisi muka mencium lantai. Ketika dia bangkit untuk
tahyat awal, sajadahnya selalu tergulung kebawah karena tereseret gerakannya.
Rayhan mulai menambah gerakan untuk memperbaiki sajadahnya.
Akhirnya posisi
terkahir sholat adalah hal yang paling ditunggu-tunggu. Baru saja aku ucapkan
salam pada sisi kanan, Rayhan sudah menyelesaikan salam dua kali dan segera
melepas pecinya.
“Eitt.. tunggu dulu.
Rayhan harus berdoa kepada Allah”, kataku sambil menarik tangannya
“iya ma.., Doa..”
Rayhan kembali duduk disampingku memasang pecinya.
“Ya allah, jangan mati
lampu, Rayhan tidak bisa nonton TV ya Allah…., Aminn”
“tunggu dulu sayang,
doa nya ditambah ya…, Rayhan kan mau lancar ngomong, ilang ences dan jadi anak
yang sholeh kan??” tanyaku
“Oh ya, Rayhan lupa ”
“Minta lah doa itu
kepada Allah”
Rayhan mengulang
kembali doanya dan kembali mengadahkan tangan
“Ya Allah lancarkan
lah omong Rayhan, ilang ences Rayhan dan jadilah Rayhan anak yang Sholeh
Aminn..” segera mengusap mukanya, tanda doa selesai Rayhan segera berdiri
“Rayhan makan Ma,
Rayhan Lapar..!”
“Ya Allah,
kabulkanlah doa malaikat kecilku, berilah kemudahan baginya untuk menggerakkan
lidahnya untuk berbicara, hilangkan ences air liurnya yang selalu membasahi
mulut hingga bajunya, jadikanlah Rayhan anak yang sholeh. Kendatipun dia tidak
tercipta menjadi anak yang brrilian secara akademik, namun jadikanlah dia anak
yang sholeh.., Amminn”
***
1 komentar:
Cerita tentang Reyhan selalu menarik disimak dan perlu... :)
Diam-diam, kalau seminggu gak ketemu Reyhan di kantor mulai terselip rindu, kak. :)
Semangat terus kak nulisnya...
Posting Komentar