“Kemana Mi?” Tanya Bang Diki, atasan ku
“Mau daftar Rayhan
sekolah SD bang?” Sambil memasangkan sandal kiri dan kanan di kaki
anak ku , Rayhan.
“Sudah past bisa
diterima di SD sana?” tanya Bang Diki
“Insya Allah bang,
pokok nya Emmy usahakan Rayhan bisa sekolah di SD biasa. Izin dulu ya bang,
segera setelah pendaftaran selesai Emmy balik ke kantor.”
“Ok, kalau tidak bisa
daftar disekolah itu, daftar di SD dekat rumah abang saja”.
“Siip..!” kata ku sambil mengancungkan jempol, sambil
berlalu.
***
Disekolah
“Kita dimana Mama?” Tanya Rayhan.
Ku pegang tangan
mungil Rayhan dan menggiringnya memasuki area sekolah “ Rayhan mau masuk SD
tahun ini, Rayhan mau sekolah disini kan?”
Sampai diruang Majelis
guru, kami harus menunggu sejenak, karna ada antrian didalam, setelah menunggu
sekian antrian akhirnya giliran kami
masuk kedalam.
“Anak nya dibawa Buk?”
tanya guru yang bertugas untuk pendaftaran siswa baru.
“Alo Ibu, ini Eya
(Rayhan)..” Rayhan duduk
dipangkuanku dan memperkenalkan dirinya.
“Maaf anak ibu
ABK ya..?”
“Iya Bu, Rayhan
mengalami kesulitan bicara dan agak hiper aktif”.
“Oh... kalau
begitu tidak bisa langsung diproses pendaftaran nya Bu, Ibu harus ke rumah
sakit jiwa untuk test IQ , hasil test IQ tersebut kemudian ibu bawa dan ibu
temui Ibu M... untuk mendapatkan rekomendasi bahwa anak ibu bisa diterima
disekolah ini”.
“Waduh, harus begitu
ya Bu..?”, jawab ku bingung. Rontok rasanya jantung ini, Aku benar-benar
tidak menyangka proses nya harus panjang dan jelimet seperti ini. Aku berharap
Rayhan bisa diterima langsung seperti anak-anak barusan. Mengapa aku sangat
ngotot Rayhan bersekolah di SD biasa, karna aku yakim dengan bergaul dengan anak-anak
normal kemampuan bicara Rayhan pun akan meningkat. Namun, jika dia disekolah kah di SLB, bukan
bermasksud merendahkan kwalitas sekolah tersebut, aku khawatir akan menghambat
kemampuan bicara nya.
“Iya, tanpa surat
itu, kami tidak bisa menerima anak Ibu..” jawab itu singkat.
“Bisa kan ditulis
nama anak saya dulu Bu di buku pendaftaran?, Syarat-syarat administrasi akan
segera saya lengkapi”.
Sengaja aku minta
nama Rayhan tertulis pada data siswa baru, khawatirnya sekolah ini membuat
alasan siswa penuh sehingga ketika aku kembali membawa bahan-bahan
administarasi pendaftaran sudah ditutup.
Akhirnya nama
Rayhan pun tertulis di urutan 16 dengan catatan disampingnya, ABK.
Namun, itu tidak
bisa menjamin juga bahwa anak ku bisa
diterima. Surat rekomendasi harus aku dapatkan segera, sementara aku aku harus
berangkat ke Kamboja lusa.
Aku pun bergegas
ke Rumah Sakit jiwa yang tidak begitu jauh dari sekolah tersebut, kira-kira 15
menit perjalanan naik motor. Aku berharap semuanya bisa terselesaikan sehari,
sehingga ketika aku berangkat nanti, anak ku sudah benar-benar diterima
disekolah tersebut.
Singkat cerita,
setelah mengisi form, urusan administrasi dan lain sebagainya Rayhan pun siap
menghadap Psykolog yang akan mengetest IQ Rayhan.
Aku menunggu
diluar. Aku masih merasa lemas dan tidak berdaya ketika kembali terjadi
penolakan terhadap anak ku. Dulu sekolah TK Rayhan juga menolak, namun setelah
kuyakin kan bahwa anak ku baik-baik saja,
dan selama kurang lebih 1 bulan aku temani disekolah, perlahan-lahan
guru disekolah TK Rayhan bisa menerima Rayhan dan megerti apa yang diucapkan
nya. Beberapa bulan terakhir ini malahan tidak ada kudengar keluhan guru-guru
terhadap tingkah Rayhan. “Dia sudah mau menulis di sekolah dan selalu maju
dimuka kelas jika diminta untuk menulis” kata bu Guru.
Rayhan bukan tukang
rusuh lagi disekolah, bahkan sering membuat kelucuan dengan sikapnya yang
spontan dan perlahan-lahan Rayhan mulai bergabung dan berkomunikasi dengan
teman-teman nya. Jika aku menjemputnya, teman-teman akan menyapanya “Da..da..
Eyan...”
Tak lama kemudian,
Rayhan telah menyelesaikan testnya. Kami harus menunggu kurang lebih 15 menit
untuk menunggu hasil test IQ.
Sambil menunggu hasil
test, aku mengikuti kemana Rayhan mengayun kan langkahnya. Rayhan memang sangat
aktif, dia tidak mau duduk tenang di ruang tunggu. Sementara di rumah sakit ini
banyak pasien sakit jiwa berkeliaran.
Ada yang duduk di lantai dengan tatapan kosong ke depan, ada yang
berpenambilan bersih menegur ku dan meminta rokok, ada juga yang duduk di
rumput sambil mencabut-cabutin rumput satu-satu. Mereka keliatan tenang dan tidak membahayakan seperti yang aku
lihat di sinetron-sinetron.
Tiba-tiba aku
kehilangan jejak Rayhan, barusan dia menghilang dari gedung itu. Digedung itu
ada dua simpang. Rayhan ke arah kanan atau kiri tidak ada tanda-tandanya.
“Maaf Pak, Liat
anak kecil seragam TK nggak? Tanyaku
kepada salah satu pegawai di rumah sakit tersebut.
“Wah anak nya jangan
sampai ditinggal-tinggal Buk, bahaya!!.. nanti di kejar orang gila..” jawab
bapak itu
Belum sempat si Bapak
melanjutkan ucapakan nya, Rayhan muncul disisi ruangan lain “Ma..ma…!!”
“Rayhan kemana? Kok
mama di tinggal? Nanti mama sedih …” Aku sudah pasang wajah sedih, Rayhan
paling tidak tahan kalau melihat ku sedih.
“Maaf Ma, Eyan
tenang..”..
Tak lama setelah kami
tiba di ruang tunggu, psikolog memanggil kami.
“Mama Rayhan..!”
“Iya bu..!” bergegas
kami memasuki ruang periksa
“Hmmm.. hasil nya bagus,
IQ Rayhan diatas anak rata-rata, Rayhan berani, lincah dan selalu bersemangat,
padahal sekarang sudah waktunya makan siang, tapi dia tetap semangat
menyelesaikan test nya”
“Alhamdulillah bu,
..saya senang sekali ternyata kemampuan anak saya diatas rata-rata, saya
khawatir Rayhan tidak bisa disekolahkan di sekolah biasa.” Jawab ku.
Aku sangat terharu, dibalik keterbatasan
Rayhan berbicara dia punya kemampuan yang cemerlang. Ya Allah yang maha kaya,
terima kasih ya Allah..” Aku tak kuasa menahan tangis ku dan memeluk Rayhan.
Insya Allah kamu bisa bersekolah disana Nak.
“Namun hasil tertulis
nya akan kami persiapkan besok, kebetulan saya kenal dengan Ibu M.., saya akan coba kontak ibu itu nanti malam,
mudah-mudah an suratnya bisa selesai besok dan saya akan kabari ibu segera”.
Ujar bu Linda sambil tersenyum.
Kulangkah kan kaki ku
pulang dan setangkup harapan muncul, aku yakin Rayhan bisa bersekolah di
sekolah normal. Ya Allah, lancarkan lah Rayhan bicara ya.. jadikanlah anak ku
anak yang sholeh dan bisa normal seperi anak-anak yang lain. He is my awesome
boy.
Hari yang dijanjikan
pun telah tiba, aku pastikan semua kerjaan di kantor bisa dikerjakan sambil
menunggu panggilan dari psikolog. Sebuah pesan singkat masuk inbox SMS ku yang
tertulis “Hasil test Rayhan belum bisa diambil hari ini karena semua pejabat struktural
dan dirut sedang sibuk persiapan untuk kedatangan Menkes”
Kembali aku terduduk
lemas dan kutumpahkan tangisku dan kegalauanku kepada Allah SWT, usaha telah
kulakukan. Semoga saja Allah
mendengarkan semua doaku, dan memberikan jalan terbaik untuk anak ku.
***
3 komentar:
Mudah2an Rayhan bisa diterima di sekolah tersebut. Terharu bacanya :-(
Selalu setia menjadi silent reader dari tulisan2 kakak.
Btw, aku dan Eyan sering ngobrol kalau di kantor. Banyak inspirasi yang kudapat darinya. Pelan-pelan aku sudah mulai ngerti 'bahasa' Eyan.
Aku sangat yakin, kak. Pada saatnya nanti Sang Jagoan Kakak akan membuat dunia terpukau...
Selalu semangat, kak.
Posting Komentar