Selasa, 11 Juni 2013

Perjuangan awal ke sekolah


“Kemana Mi?”  Tanya Bang Diki, atasan ku
“Mau daftar Rayhan sekolah SD bang?”  Sambil memasangkan sandal kiri dan kanan di kaki anak ku , Rayhan.
“Sudah past bisa diterima di SD sana?” tanya Bang Diki
“Insya Allah bang, pokok nya Emmy usahakan Rayhan bisa sekolah di SD biasa. Izin dulu ya bang, segera setelah pendaftaran selesai Emmy balik ke kantor.”
“Ok, kalau tidak bisa daftar disekolah itu, daftar di SD dekat rumah abang saja”.
“Siip..!”  kata ku sambil mengancungkan jempol, sambil berlalu.

                                                                                             ***

Disekolah 

“Kita dimana Mama?”  Tanya Rayhan.
Ku pegang tangan mungil Rayhan dan menggiringnya memasuki area sekolah “ Rayhan mau masuk SD tahun ini, Rayhan mau sekolah disini kan?”
“Baiklah ..” jawab Rayhan singkat.

Sampai diruang Majelis guru, kami harus menunggu sejenak, karna ada antrian didalam, setelah menunggu sekian antrian akhirnya giliran  kami masuk kedalam.
“Anak nya dibawa Buk?” tanya guru yang bertugas untuk pendaftaran siswa baru.
“Alo Ibu, ini Eya (Rayhan)..” Rayhan duduk dipangkuanku dan memperkenalkan dirinya.
“Maaf anak ibu ABK ya..?”
“Iya Bu, Rayhan mengalami kesulitan bicara dan agak hiper aktif”.
“Oh... kalau begitu tidak bisa langsung diproses pendaftaran nya Bu, Ibu harus ke rumah sakit jiwa untuk test IQ , hasil test IQ tersebut kemudian ibu bawa dan ibu temui Ibu M... untuk mendapatkan rekomendasi bahwa anak ibu bisa diterima disekolah ini”.

“Waduh, harus begitu ya Bu..?”, jawab ku bingung. Rontok rasanya jantung ini,  Aku benar-benar tidak menyangka proses nya harus panjang dan jelimet seperti ini. Aku berharap Rayhan bisa diterima langsung seperti anak-anak barusan. Mengapa aku sangat ngotot Rayhan bersekolah di SD biasa, karna aku yakim dengan bergaul dengan anak-anak normal kemampuan bicara Rayhan pun akan meningkat.  Namun, jika dia disekolah kah di SLB, bukan bermasksud merendahkan kwalitas sekolah tersebut, aku khawatir akan menghambat kemampuan bicara nya.  

“Iya, tanpa surat itu, kami tidak bisa menerima anak Ibu..” jawab itu singkat.

“Bisa kan ditulis nama anak saya dulu Bu di buku pendaftaran?, Syarat-syarat administrasi akan segera saya lengkapi”.

Sengaja aku minta nama Rayhan tertulis pada data siswa baru, khawatirnya sekolah ini membuat alasan siswa penuh sehingga ketika aku kembali membawa bahan-bahan administarasi pendaftaran sudah ditutup.  
Akhirnya nama Rayhan pun tertulis di urutan 16 dengan catatan disampingnya, ABK.

Namun, itu tidak bisa menjamin juga bahwa anak ku  bisa diterima. Surat rekomendasi harus aku dapatkan segera, sementara aku aku harus berangkat ke Kamboja lusa.

Aku pun bergegas ke Rumah Sakit jiwa yang tidak begitu jauh dari sekolah tersebut, kira-kira 15 menit perjalanan naik motor. Aku berharap semuanya bisa terselesaikan sehari, sehingga ketika aku berangkat nanti, anak ku sudah benar-benar diterima disekolah tersebut.

Singkat cerita, setelah mengisi form, urusan administrasi dan lain sebagainya Rayhan pun siap menghadap Psykolog yang akan mengetest IQ Rayhan.

Aku menunggu diluar. Aku masih merasa lemas dan tidak berdaya ketika kembali terjadi penolakan terhadap anak ku. Dulu sekolah TK Rayhan juga menolak, namun setelah kuyakin kan bahwa anak ku baik-baik saja,  dan selama kurang lebih 1 bulan aku temani disekolah, perlahan-lahan guru disekolah TK Rayhan bisa menerima Rayhan dan megerti apa yang diucapkan nya. Beberapa bulan terakhir ini malahan tidak ada kudengar keluhan guru-guru terhadap tingkah Rayhan. “Dia sudah mau menulis di sekolah dan selalu maju dimuka kelas jika diminta untuk menulis” kata bu Guru.

Rayhan bukan tukang rusuh lagi disekolah, bahkan sering membuat kelucuan dengan sikapnya yang spontan dan perlahan-lahan Rayhan mulai bergabung dan berkomunikasi dengan teman-teman nya. Jika aku menjemputnya, teman-teman akan menyapanya “Da..da.. Eyan...”

Tak lama kemudian, Rayhan telah menyelesaikan testnya. Kami harus menunggu kurang lebih 15 menit untuk menunggu hasil test IQ.

Sambil menunggu hasil test, aku mengikuti kemana Rayhan mengayun kan langkahnya. Rayhan memang sangat aktif, dia tidak mau duduk tenang di ruang tunggu. Sementara di rumah sakit ini banyak pasien sakit jiwa berkeliaran.  Ada yang duduk di lantai dengan tatapan kosong ke depan, ada yang berpenambilan bersih menegur ku dan meminta rokok, ada juga yang duduk di rumput sambil mencabut-cabutin rumput satu-satu. Mereka keliatan  tenang dan tidak membahayakan seperti yang aku lihat di sinetron-sinetron.
Tiba-tiba aku kehilangan jejak Rayhan, barusan dia menghilang dari gedung itu. Digedung itu ada dua simpang. Rayhan ke arah kanan atau kiri tidak ada tanda-tandanya.

“Maaf Pak, Liat anak kecil seragam TK nggak? Tanyaku kepada salah satu pegawai di rumah sakit tersebut.
“Wah anak nya jangan sampai ditinggal-tinggal Buk, bahaya!!.. nanti di kejar orang gila..” jawab bapak itu
Belum sempat si Bapak melanjutkan ucapakan nya, Rayhan muncul disisi ruangan lain “Ma..ma…!!”
“Rayhan kemana? Kok mama di tinggal? Nanti mama sedih …” Aku sudah pasang wajah sedih, Rayhan paling tidak tahan kalau melihat ku sedih.
“Maaf Ma, Eyan tenang..”..

Tak lama setelah kami tiba di ruang tunggu, psikolog memanggil kami.
“Mama Rayhan..!”
“Iya bu..!” bergegas kami memasuki ruang periksa
“Hmmm.. hasil nya bagus, IQ Rayhan diatas anak rata-rata, Rayhan berani, lincah dan selalu bersemangat, padahal sekarang sudah waktunya makan siang, tapi dia tetap semangat menyelesaikan test nya”
“Alhamdulillah bu, ..saya senang sekali ternyata kemampuan anak saya diatas rata-rata, saya khawatir Rayhan tidak bisa disekolahkan di sekolah biasa.” Jawab ku.
 Aku sangat terharu, dibalik keterbatasan Rayhan berbicara dia punya kemampuan yang cemerlang. Ya Allah yang maha kaya, terima kasih ya Allah..” Aku tak kuasa menahan tangis ku dan memeluk Rayhan. Insya Allah kamu bisa bersekolah disana Nak.

“Namun hasil tertulis nya akan kami persiapkan besok, kebetulan saya kenal dengan Ibu M..,  saya akan coba kontak ibu itu nanti malam, mudah-mudah an suratnya bisa selesai besok dan saya akan kabari ibu segera”. Ujar bu Linda sambil tersenyum.

Kulangkah kan kaki ku pulang dan setangkup harapan muncul, aku yakin Rayhan bisa bersekolah di sekolah normal. Ya Allah, lancarkan lah Rayhan bicara ya.. jadikanlah anak ku anak yang sholeh dan bisa normal seperi anak-anak yang lain. He is my awesome boy.

Hari yang dijanjikan pun telah tiba, aku pastikan semua kerjaan di kantor bisa dikerjakan sambil menunggu panggilan dari psikolog. Sebuah pesan singkat masuk inbox SMS ku yang tertulis “Hasil test Rayhan belum bisa diambil hari ini karena semua pejabat struktural dan dirut sedang sibuk persiapan untuk kedatangan Menkes”

Kembali aku terduduk lemas dan kutumpahkan tangisku dan kegalauanku kepada Allah SWT, usaha telah kulakukan. Semoga saja Allah mendengarkan semua doaku, dan memberikan jalan terbaik untuk anak ku.

                                                                                                ***

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Mudah2an Rayhan bisa diterima di sekolah tersebut. Terharu bacanya :-(

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
kibas ilalang mengatakan...

Selalu setia menjadi silent reader dari tulisan2 kakak.
Btw, aku dan Eyan sering ngobrol kalau di kantor. Banyak inspirasi yang kudapat darinya. Pelan-pelan aku sudah mulai ngerti 'bahasa' Eyan.

Aku sangat yakin, kak. Pada saatnya nanti Sang Jagoan Kakak akan membuat dunia terpukau...

Selalu semangat, kak.