Kamis, 27 Februari 2014

Doa Rayhan

Tepat bulan Mei 2014 ini, Rayhan berumur 7 tahun. Terlahir menjadi anak ABK, Aku masih berjuang mengentasi kesulitan bicaranya, memantapkan konsetrasinya dan mengontrol emosinya. Semua melewati proses, yang diwarnai cerita yang berbeda tiap harinya. Andaikata aku punya waktu dan kapasitas menulis yang super excellent, mungkin telah menghasilkan ber-lembar-lembar tulisan untuk menceritakannya.
“Ah Nak.., tidak lah mama tuntut engkau menjadi anak yang normal jika engkau tidak mampu...”

Perlu waktu untuk mencapai pada taraf menerima dengan apa yang kau bisa pada saat ini. Dulu, aku selalu meyakinkan hatiku bahwa engkau bisa normal seperti anak-anak lain dan meraih gelar akademik yang cemerlang seperti kakak mu. Namun, kesulitan yang engkau hadapi di bangku sekolah dan usaha mu yang maksimal untuk mengatasi kekuranganmu sudah membuktikan bahwa ini lah batas kemampuanmu. Prestasi akademik Cuma angka, namun kasih sayang yang kau berikan kepada orang-orang sekelilingmu, tidak bisa di ukur dengan nilai akademik.

Kalau ditanya “cita-citanya mau jadi apa?, mau jadi polisi ya?
“bukan…” sahut Rayhan
“guru..?” tanyaku lagi
“bukan..”
“Terus cita-citanya mau jadi apa Ray?”
“Jadi dokter aja  ya …” ujar ku untuk mempengaruhi fikirannya.
“Tidak,  Rayhan mau Jadi Rayhan…”
“Oalahhh Nak….!!”