Raising expectation ..
Cita-cita untuk menyekolah kan Rayhan disekolah inklusi telah berhasil. Saat
ini telah 1 bulan lamanya Rayhan bersekolah di SD N 131. Pra-syarat untuk
menyediakan gurun pendamping disekolah (shadow) telah kupercayakan kepada Mbak
Yuli. Sayangnya hanya 2 hari bertahan, kemudian tidak ada kabar dari beliau. Mungkin
dia sibuk dengan aktifitas pekerjaannya. Selama 2 hari didampingi, Rayhan belum
bisa mengikuti pelajaran disekolah. Bawaan nya malas aja.. melipat tangan
diatas meja dan menopang kepalanya dengan posisi tidur dan tidak memperhatikan
sama sekali penjelasan guru kelas di sekolah. Mungkin ini juga menjadi satu
alasan mengapa mbak Yuli tidak bisa menemani mu lagi.
Akhirnya, hasil diskusi mendalam dengan suami ku, kita sepakat
mendampingi Rayhan secara bersama-sama bergantian. Sejak tanggal 21 Agustus
2013 kami resmi menjadi shadow di kelas Rayhan. Berbeda dengan anak ABK lainnya
disekolah itu yang didampingi dengan therapist, kami mendampingi ala kami
sendiri. Hari demi hari kami
belajar mencari metode yang tepat untuk mendampingi Rayhan.
Nilai plus yang bisa rasakan saat
mendampingi Rayhan adalah kami bisa memantau kemampuan dan perkembangan Rayhan
dikelas. Adapun kekurangan Rayhan yang kami jumpai dikelas, bisa kami trus
drill di waktu luar sekolah. Namun nilai minus nya Rayhan manja, dia sudah bisa
mengukur batas kemarahan kami sebagai orang tua. Sehingga dia banyak bertingkah setiap diminta menulis. Papa Rayhan
dikenal sangat lembut dan tidak suka marah, maka Rayhan menggunakan rayuan
tingkat mautnya agar bisa dibimbing (dipegangin ) tangan nya pada saat menulis.
Ada saja alasan.. “Tangan Rayhan sakit ..”, “Rayhan tidak bisa..”, atau “Rayhan
tidak tahu.”
Sementara, aku sebagai mama yang berwatak agak keras, benar-benar diuji
kesabaran nya. Seringkali kami
beradu emosi, dan emosiku tidak
terkontrol dan memuncak sampe ke ubun-ubun. Rayhan mulai jadi korban atas
kemarahan ku. Seringkali tanpa mampu kukontrol aku mencubit paha dan tangan nya
ketika dia bertingkat tidak mau menulis. Hal yang paling ekstrem kulakukan
adalah menusuk kakinya dengan pensil (tentu saja tidak sampai mengakibatkan
luka dan tidak terlalu keras..) bahkan tangan nya pernah ku gigit. *jangan di contoh ya. Setelah itu
kulakukan, rasa menyesal mendalam mampir kehatiku.
“Maaf mama Rayhan...”
“Mama nakal..”
“Iya.. Rayhan tidak mau nulis.”
Rayhan mulai menangis… menulis batal ..
Hari demi hari aku mulai merefleksi diri. Apakah ekspektasi terlalu tinggi
untuk mengarahkan Rayhan seperti anak normal lainnya menulis dengan mandiri? Apakah
anak ku memang tidak mampu atau memang materi yang diberikan di sekolah terlalu
tinggi untuknya? Terfikir oleh ku, aku
tidak boleh menyalahkan situasi dimana anak ku berada sekarang. Karna ini
perjuangan tersendiri untuk bisa meng goal kan Rayhan sekolah di SD umum. Jadi menjadi
konsekwensi aku sebagai ibunya untuk menerima materi pelajaran yang diberikan
oleh sekolah. Kalau mau sesuai dengan kurikulum anak ABK, silahkan sekolah di
SLB. Raising expectasi but low
response...ini ungkapan yang paling tepat.
Untunglah guru kelas Rayhan sangat
mengerti kondisi anak ABK. Rayhan boleh mengerjakan seberapa dia mampu, dan dirumah bisa dilanjutkan.
Sementara aku tidak ingin menggunakan previlege ini untuk Rayhan. “No
excuse..! kamu bisa Rayhan..”. hari demi
hari aku belajar mengontrol emosi untuk tidak meluap-luap seperti biasanya.
Ketika Rayhan berulah tidak mau menulis dengan alasan “Rayhan ngantuk ma..”,
segera ku arahkan anak ku ke WC dan mencuci mukanya. Namun Rayhan pintar sekali
mengambil kesempatan, aku pun tidak mau
kalah.
“Okay , kalau ngantuk nanti di rumah ya.. sekarang nulis dulu”. Sesampai
dirumah Rayhan ku kurung dikamar.
“Tidur ya.. katanya ngantuk”. Rayhan
mulai mengambil posisi nonton di depan TV
“Rayhan udah bangun Ma, boboknya malam-malam..”
“ Ahhh dasar kamu nak…!”
Kelemahan Rayhan di kelas, kututup dengan terus memberinya PR di rumah.
Walaupun tidak ada PR. Kukatakan ada PR supaya dia trus latihan dirumah dan
membiasakan menulis. Dua minggu terakhir, Rayhan sudah biasa mengerjakan PR. Setengah
jam sebelum tidur, Rayhan mulai menagih minta di buat kan PR. “Semoga engkau berhasil sayang..” Walau seberapa berat pun materi disekolah,
aku yakin kalau dirimu tekun kamu bisa nak..
Tulisan ini semoga menjadi bacaan mu ketika kamu dewasa nanti. Betapa sayang nya mama kepada mu.
Gambar Rayhan
2 komentar:
Jadi terharu bacanya Em, Semangat yaaaaa emmy. Nelti
Jadi terharu bacanya Em, Semangat yaaaaa emmy. Nelti
Posting Komentar