Rabu, 20 Februari 2013

KKI WARSI Persiapkan Fasilitator Handal


Bertempat di Sebapo Institut, KKI WARSI men-training kurang lebih 18 fasilitator desa guna meningkatkan kapasitas fasilitator agar menjadi fasilitator handal. Kegiatan ini dimulai dengan mempekenalkan visi WARSI yakni “Konservasi bersama masyarakat”. Visi diharapkan mampu ditransformasikan secara utuh oleh fasilitator kepada berbagai pihak. Latar belakang mengapa Pelatihan fasilitator ini penting dilaksanakan adalah untuk mengurangi kesenjangan (gap) antar staff di WARSI. Kesenjangan ini terjadi karna staff lama jauh lebih berpengalaman dari staff baru sehingga dalam mengambil keputusan, staff baru cendrung pasif dan kurang percaya diri. Hal ini dirasakan oleh management WARSI, sehingga walaupun telah melakukan beberapa upaya untuk mengurangi kesenjangan tersebut, namun belum secara sistematis mampu mengurangainya. Berdasarkan hal tersebut, dirasa penting untuk melakukan pelatihan fasilitator secara intensif, terstruktur dan terprogram untuk menciptakan fasilitator tangguh dan handal yang mampu mendapampingi dan meninternalisasikan program WARSI bersama masyarakat dan sekaligus meningkatkan rasa percaya diri fasilitator.

“Menjadi Pekerja NGO, Aktivis NGO dan pemikir NGO adalah pilihan”
Training yang diaksanakan selama 5 hari berturut-turut ini dibuka secara resmi oleh sektretaris dewan anggota WARSI, Bapak Adam Azis. Dimulai dengan mengulas pekerjaan NGO adalah pekerjaan yang menuntut para pekerja bekerja dengan prinsip dan komitment yang tinggi dalam menjalankan tanggung jawab. Pak Azis juga mengungkapkan penting sekali bagi staff WARSI untuk memikirkan tujuan hidupnya dimasa mendatang, apakah ingin menjadi “Pekerja NGO, aktivis NGO ataupun Pemikir NGO, semua menjadi pilihan anda”. Hal yang senada diungkapkan oleh direktur Eksekutif WARSI, Rakhmat Hidayat dalam presentasinya menjelaskan bahwa “optimalisasi diri dapat dilakukan dengan menspesialisasikan diri, sehingga potensi yang dimiliki bisa lebih tajam dan fokus”. Selanjutnya, beliau menambahkan, ada banyak hal yang bisa dipelajari di KKI WARSI, hal ini pun diakui oleh pihak luar dimana WARSI telah menjadi learning center atau contoh sukses dari konservasi bersama masyarakat. Dengan demikian, masing-masing staff harus paham isu besar KKI WARSI dengan tidak mengkotak-kotakkan diri berdasarkan program.  Disadari bersama, berbagai program yang telah dan sedang berjalan pada  dasarnya bermuara pada vis yang sama yakni Konservasi bersama masyarakat yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Dirut Executive WARSI menyampaikan presentasi


Motivasi dan Pengenalan potensi Diri.
Salah satu materi yang sangat dinikmati perserta adalah, pengenalan potensi diri sehingga secara tidak langsung  memacu motivasi staff  sehubungan dengan pekerjaan. Adalah teori Douglas Mc.Gregor seorang psikolog menemukan dua “”Kutub Extream” tentang “sifat dasar manusia” yang dinanamakan teori X dan teori Y. Kedua teori ini menggabarkan bagaimana sikap seseorang terhadap diri dan komunitas disekitarnya. Teori ini diujicobakan kepada staff oleh Pak Hambali, selaku koordinataor pelatihan ini, melalui analisa study kasus seorang pemandu lapangan. Teori X lebih menjelaskan bahwa seseorang butuh tindakan tegas untuk menjadi disiplindan bertanggung jawab. Hal ini diperjelas dengan sikap yang sungkan mengambil keputusan, susah percaya diri, mementingkan diri sendiri, butuh pengawasan dan lebih dimotivasir oleh uang. Sebaliknya teori Y lebih mencerminkan seorang individu yang berkerja karna komitment terhadap tujuan yang dilakukan. Hal ini ditunjukkann dengan sikap yang mampu mengembangkan diri sendiri tanpa tekanan dan mampu berkembang diberbagai macam kondisi. Mereka yang memiliki faktor Y yang besar bepotensi sebagai pemimpin dan pengambil keputusan. Hasil uji coba “Kutub Extrem” ini menunjukkan bahwa rata-rata peserta pelatihan mengarah pada ke kutub Y, dan angka menuju kutub Y sangat variatif, diharapkan dengan meningkatnya jam terbang sebagai fasilitator maka nilai kutub Y pada diri fasilitator dapat ditingkatkan.
Setelah menyadari potensi diri yang dimiliki oleh masing-masing staff, pandangan peserta training fasilitator mengenai diri mereka sedikit jauh berubah. Perbincangan masing-masing peserta mengungkapkan bahwa mereka merasa puas dengan hasil psikotes ringan tentang potensi diri ini. Mereka merasa lebih percaya diri dibanding sebelumnya, karna mereka sadar ada potensi untuk dikembangkan melalui pengembangan pengetahuan, spesifikasi dan interaksi.

ice breaking activity


Pengenalan teori reseach cepat.
Tidak hanya pengenalan diri, training ini juga mengajarkan staff bagaimana memahami konstalasi politik dan kepentingan ditengah masyarakat. Seperti yang dipaparkan oleh Rudi Syaf seperti yang dikutib di buku Tania Lee “The will to improve” adalah “Niat baik serta rencana hebat untuk  memakmuran kehidupan masyarakat bukan jaminan kemakmuran tersebut ajan terwujud”. Diterangkan lebih rinci bahwa mayarakat bukan lah ruang kosong yang mampu diisi dengan apa saja, sehingga adanya pergeseran output dari yang direncanakan menjadi satu hal yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, peranan fasilitator yang handal  dan penggunaan strategi fasilitasi yang tepat adalah kunci utama keberhasilan tercapainya suatu program. Salah satu metode yang diperkenalkan untuk memahami kondisi atau dinamika yang terjadi ditengah masyarakat adalah dengan melakukan metode PRA (participatory Rural Appaisal) dan RRA (Rapid Rural Appraisail). Metode ini tidak hanya diperkenalkan secara teori namun juga dipraktekkan langsung oleh perserta pelatihan kepada wilayah di Sebapo. Dengan menguasai metode PRA dan RRAS, fasilitator akan mampu menganalisa kondisi disuatu komunitas dan mempersiapkan strategi fasilitasi yang tepat yang bisa diterapkan.
Dalam pelaksanaanya training 5 hari ini, Presentasi, analisa study kasus, dan diskusi interaktif adalah metode yang diterapkan secara berimbang selama proses pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran terasa begitu cepat dan menyenangkan. Disela-sela break, pertanyaan krisis sering kali muncul di kalangan staff. Rasa frustasi yang dirasakan staff mengenalkan program konservasi bersama masyakat yang sarat dengan perubahan, adalah hal yang lumrah seperti yang dikatakan oleh Rudi Syaf. Hal yang terpenting untuk menjadi fasilitator handal adalah tetap semangat dan konsisten dalam menyampaikan informasi. Karna bekerja bersama masyarakat bukanlah pemaksaan idologi, tapi bagaimana mereka paham dan sadar dengan apa yang mereka lakukan setelah mendapatkan informasi yang cukup dari berbagai pihak.

Secara umum pandangan peserta fasiliator mengenai pelatihan fasilitator ini sangatlah positif. “Ibarat batre rasanya sudah fully charged” ujar salah satu peserta pelatihan. Mereka telah siap kembali berinteraksi dengan masyarakat dengan amunisi dan semangat baru.

Tidak ada komentar: